Langsung ke konten utama

Hidup Sederhana adalah Tidak Mubazir.

Masihkah kita menyimpan barang-barang bekas yang tidak dipakai/digunakan lagi? Menyimpan barang-barang tersebut juga termasuk berlebih-lebihan, mubazir. Dan sesungguhnya pemborosan, berlebih-lebihan, mubazir adalah saudara setan.  Berapa banyak pakaian yg tersimpan di dalam lemari? Berapa banyak piring yang tersimpan di dalam rak? Berapa banyak pajangan dan lukisan yg hanya untuk dilihat dan tidak bermanfaat di dunia maupun akhirat? Berapa banyak barang bekas yang tidak terpakai di gudang? Untuk apa semua kemubaziran itu, ya Allah ampunilah kami.

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar mentaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam negeri itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan hukuman Kami, kemudian Kami binasakan sama sekali negeri itu. QS.17:16

Bagaimanapun pendekatan tentang kehidupan, kita akan menemukan kesimpulan yang sama, yaitu hidup adalah tentang, kasih sayang, pelayanan, perbuatan baik, dan terutama taat kepada Tuhan. Makin banyak cinta kasih, pelayanan (karya "), perbuatan baik yang Kita lakukan lalu disertai penyerahan diri/ ketaatan pada Tuhan, maka makin "kaya makna" hidup kita. Makin bahagia kehidupan Kita didunia dan dilanjutkan dengan kebahagiaan di akhirat kelak.

Sebaliknya, Kitapun dapat merasakan betapa buruknya kehidupan Kita, ketika Kita melampiaskan permusuhan, kebencian, mementingkan diri sendiri dll. Kita juga dapat "merasakan" dari perilaku seperti itu kehidupan yang buruk juga menunggu Kita diakhirat. Kita perlu selalu bertekat bahwa dimanapun Kita berada pastikan bahwa kebaikan, kasih sayang, kebahagiaan terwujud disana.. Setiap gerbong kehidupan yang kita berada didalamnya, seisi gerbong dapat merasakan kebaikan yang kita pancarkan.

Kita bukan penduduk bumi ,
kita adalah penduduk syurga .
Kita tidak berasal dari bumi,
tapi kita berasal dari syurga.

Maka carilah bekal untuk kembali ke rumah,
kembali ke kampung halaman.
Dunia bukan rumah kita,
maka jangan cari kesenangan dunia
Kita hanya pejalan kaki dalam perjalanan kembali kerumahnya.

Bukankah mereka yang sedang dalam perjalanan pulang selalu mengingat rumahnya dan mereka mencari buah tangan untuk kekasih hatinya yang menunggu di rumah? Lantas, apa yang kita bawa untuk penghuni rumah kita, Rabb yang mulia? Dia hanya meminta amal sholeh dan keimanan, serta rasa rindu pada-Nya yang menanti di rumah. Begitu beratkah memenuhi harapan-Nya?

Kita tidak berasal dari bumi,
kita adalah penduduk syurga.
Rumah kita jauh lebih Indah di sana.
Kenikmatannya tiada terlukiskan,
dihuni oleh orang-orang yang mencintai kita.

Ada istri/suami sholeha serta tetangga dan kerabat yang menyejukkan hati.
Mereka rindu kehadiran kita,
setiap saat menatap menanti kedatangan kita.
Mereka menanti kabar baik dari Malaikat Izrail.
Kapan Keluarga mereka akan pulang.

Ikutilah peta (Al Qur'an) yang Allah titipkan sebagai pedoman perjalanan. Jangan sampai salah arah dan berbelok ke rumahnya iblis Laknatullah yaitu neraka.

Kita bukan penduduk bumi,
kita penduduk syurga.
Bumi hanyalah perjalanan.
Kembalilah ke rumah..

Kita penting memiliki hati yg tulus dan mulia, karena hati Kita akan dipinjam anak Kita dan kelak akan menjadi duplikat hatinya pula......

ditulis oleh . Prof. H. Abdul Khaliq Fajduani, SH.MH


Read Article Online

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiada hari tanpa kasih sayang

Puasa harus mengubah Kita, Puasa yang sia-sia adalah puasa yang tidak mengubah. Mengubah perilaku itu penting, islam adalah tentang perilaku, jangan mencela, jangan marah, jangan serakah (dermawan-lah) dll. Itu semua tentang perilaku. Perilaku bukan sesuatu yang remeh temeh, perilaku adalah agama, dan agama bukanlah sesuatu yang remeh temeh, Tiada hari tanpa kasih sayang, kasih sayang adalah kata kerja, kasih sayang harus wujud, artinya dimanapun Kita berada terjadi hal" baik disitu, kita harus tangan diatas, Kita bekerja, dengan demikian terjadi kedamaian, terjadi keteraturan, terjadi kebersihan terjadi kerapian, terjadi keadilan, terjadi kebahagiaan. Itulah wujud kasih sayang. siapakah Kita ? Telahkah Kita menjadi seorang yang seperti itu ? Dimanapun Kita berada apa yang terjadi ? kedamaian atau permusuhan, kekumuhan atau kebersihan, ketertiban atau kekacauan, keadilan atau kezaliman, kebaikan atau keburukan, kejujuran atau kedustaan, ketulusan atau keculasan, kerendahatian ata

Sudah Bahagia-kah kita Sekarang ini ?

Manusia saat ini dibanding masa-masa yang sebelumnya, benar" sudah mencapai apa saja yang dulu adalah merupakan hal yang mustahil bahkan mengimpikan-nya saja pun tidak. Pesan yang dulu memakan waktu berbulan bulan diantar-kan oleh merpati pos, sekarang bisa dilakukan dalam detik yang sama via email, dan sebagainya. Manusia bisa melihat pada detik yang sama apa yang terjadi di stadion sepak bola di Brazil secara live. Manusia menjelajah kemana saja diinginkannya. Baik lewat teknologi maupun langsung terbang dengan pesawat kemana saja. Memakan mie yang dulu membuat api dan memasaknya bisa memakan waktu satu jam, sekarang dengan microwave dalam hitungan detik. Manusia sudah bisa melakukan apa saja, menjelajah kemana pun yang diinginkannya. Tapi apakah manusia menjadi lebih bahagia ? Menjadi lebih bersyukur ? Penjelajahan kemana-mana dan bisa mewujudkan apapun yang diinginkan, ternyata tidak memberikan kebahagiaan dan ketenangan pada manusia. untuk mewujudkan ketenangan dan kebahagia

Hidup dalam paradigma cinta

Sebuah hadis menyebutkan bahawa di dunia ini ada sekelompok orang yang amat dekat dengan Allah swt. Bila mereka tiba di suatu tempat, kerana kehadiran mereka, Allah selamatkan tempat itu dari tujuh puluh macam bencana. Para sahabat bertanya, "Ya Rasulallah, siapakah mereka itu dan bagaimana mereka mencapai derajat itu?" Nabi yang mulia menjawab, "Mereka sampai ke tingkat yang tinggi itu bukan kerana rajinnya mereka ibadat. Mereka memperoleh kedudukan itu kerana dua hal : "ketulusan hati mereka dan kedermawanan mereka pada sesama manusia." Mereka adalah orang yang berhati bersih dan senang berkhidmat  pada sesamanya. ... hidup dalam paradigma cinta ... Dan mereka ingin menyebarkan cinta itu pada seluruh makhluk di alam semesta. KEMULIAAN... Manusia tidak mulia karena kejeniusannya, tidak hebat karena jabatannya yang tinggi, tidak juga menjadi luar biasa oleh sebab hartanya yang berlimpah serta tidak ditinggikan harkat martabatnya karena kemuliaan nasab & seg