Saya dulu sering mengkritik orang lain, dengan asumsi menurut saya, saya sendiri sudah merasa benar dan orang yg saya kritik salah. Mengapa dulu saya sering mengkritik orang lain ? Karena saya percaya & banyak orang percaya bahwa kritik itu, membangun. Itulah mengapa sering kita mendengar orang berkata tidak apa asalkan Kritik Membangun.
Setelah usia semakin bertambah & saya mulai tertarik untuk belajar tentang buku 2x kebijaksanaan, saya terbelalak bahwa sebagian besar buku 2x Wisdom mengatakan bahwa sesungguhnya TIDAK ADA kritik yg MEMBANGUN, semua kritik itu bersifat menghancurkan, merusak & menekan perasaan orang yg dikritiknya.
Sampai suatu ketika saya membaca buku hasil experimen Masaru Emoto dari Jepang, yg melakukan uji coba nasi/beras yg kemudian diletakkan di dalam toples yg berbeda. Toples yg pertama setiap hari diberikan kritikan terus & di tempel kertas bertulisan kata yg mengkritik, kemudian toples yg kedua diberi pujian & motivasi setiap hari.
Dan hasilnya dalam 2-3 minggu, toples pertama yg diberikan kritikan setiap hari membusuk kehitaman sedangkan toples kedua dengan isi yg sama masih berwarna putih bersih, tidak membusuk. Penasaran pada penjelasan di buku ini, akhirnya saya mencoba melakukan experimen ini bersama keluarga. Ternyata benar hasilnya lebih kurang serupa.
Toples yg setiap hari diberikan keritikan, lebih cepat rusak, hitam & membusuk. Dan di keluarga kami mengajarkan melalui experimen ini agar tidak mengejek, menghujat atau mengkritik sesama teman & melatih untuk bicara baik 2x yg tidak mengkritik. Sejak itulah saya belajar untuk tidak mengkritik orang lain.
Dan percaya atau tidak hasilnya di luar dugaan, kami lebih saling perhatian, hati lebih tenteram & damai, lebih saling menghormati & lebih saling mengasihi. Saya ganti kalimat saya yg mengkritik, dengan ucapan terimakasih padanya setiap kali mereka berbuat kebaikan. Saya berterimakasih & memuji mereka...🙏.
ditulis oleh : Prof .DR. Syamsul Ma'arif, MA - Guru besar IPB Bogor.
Puasa harus mengubah Kita, Puasa yang sia-sia adalah puasa yang tidak mengubah. Mengubah perilaku itu penting, islam adalah tentang perilaku, jangan mencela, jangan marah, jangan serakah (dermawan-lah) dll. Itu semua tentang perilaku. Perilaku bukan sesuatu yang remeh temeh, perilaku adalah agama, dan agama bukanlah sesuatu yang remeh temeh, Tiada hari tanpa kasih sayang, kasih sayang adalah kata kerja, kasih sayang harus wujud, artinya dimanapun Kita berada terjadi hal" baik disitu, kita harus tangan diatas, Kita bekerja, dengan demikian terjadi kedamaian, terjadi keteraturan, terjadi kebersihan terjadi kerapian, terjadi keadilan, terjadi kebahagiaan. Itulah wujud kasih sayang. siapakah Kita ? Telahkah Kita menjadi seorang yang seperti itu ? Dimanapun Kita berada apa yang terjadi ? kedamaian atau permusuhan, kekumuhan atau kebersihan, ketertiban atau kekacauan, keadilan atau kezaliman, kebaikan atau keburukan, kejujuran atau kedustaan, ketulusan atau keculasan, kerendahatian ata
Komentar
Posting Komentar