Langsung ke konten utama

Seperti apa teman-teman Kita yang Kita pilih selama ini ?

 Mari Kita renungkan:  Seperti apa teman-teman Kita yang Kita pilih selama ini? Apakah teman-teman yang mengajak untuk menyambung silaturahim, kecintaan kepada Masjid, tidak membuang-buang waktu kepada yang sia-sia atau teman-teman yang bersekongkol dalam menyulut kebencian, membuang-buang waktu secara sia-sia, menghambat silaturahim, menyebarkan berita keburukan? Sebagai seorang teman apakah Kita termasuk teman yang mengajak kepada kebaikan atau yang mengajak kepada keburukan?

Islam itu sudah jelas, kebenaran itu sudah jelas, marilah Kita membuka mata dan hati, memeriksa secara jujur apa adanya, manusia seperti apakah Kita? Tentu bila kita temukan Kita belum baik bahkan jauh dari apa yang disebut baik, maka berubahlah Kita. Karena kebenaran dan kebaikan itu jelas.

Kita harus menjaga jarak pada teman-teman buruk yang menyebarkan berita (walaupun benar) tapi bisa menyulut kebencian, mengajak Kita menjadi boros dan berbuat sia-sia. Kita harus mendekat kepada teman-teman baik hati yang mengusahakan perdamaian, menyambungkan silaturahim, tidak menceritakan aib orang lain, mengajak bekerja nyata untuk kebaikan.

Hati Kita kadang-kadang menolak mengambil sikap seperti ini, karena hati Kita betul-betul telah tersakiti dan terasa diperlakukan secara melampaui batas, tapi kuatkanlah hati untuk tetap dijalan kebaikan, jangan lakukan hal yang sama, karena kebaikan dan keburukan memang berbeda. Allah Swt telah memberi petunjuk mana yang haq dan mana yang bathil, serta cukuplah Allah Swt sebagai penolong. In shaa Allah.

Yang sering terjadi adalah kita tidak disakiti oleh orang lain, akan tetapi Kita yang menyakiti hati Kita sendiri, namun Kita selalu meyakini bahwa orang lain yang membuat Kita tersakiti. Makin rendah hati Kita makin sulit Kita tersakiti. Kita perlu menyadari bahwa gampang tersinggung itu "sombong". Sangat gampang tersinggung itu artinya "sangat sombong". Sangat payah tersinggung itu artinya sangat rendah hati. Tidak pernah tersinggung, itu menggambarkan Kita benar " rendah hati.

Apa yang diperlukan untuk bahagia ? Sukses ? Uang ? Harta ? Anak " yang hebat ? Isteri yang salehah ? dsb ? Rasanya bkn semua itu. Yang diperlukan untuk bahagia hanya lah rendah hati... Berjalan lah degan rendah hati dimuka bumi. Kita akan bahagia.. InsyaAllah... Kesombongan kita membuat kita marah dan sakit hati, lalu kita katakan pada orang lain silahkan berbahagia, tapi jangan sakiti hati ku....
Ada seorang laki " berkata pada seorang wanita yg menolak pinangannya, kau sakiti hatiku. Wanita itu menjawab aku tidak menyakiti hatimu, aku hanya menolak pinanganmu. Yang membuat kau sakit hati adalah kesombongan dan tidak bersyukur nya kamu...

Ketika Kita katakan Kita memilih sahabat yang soleh dan solehah, maka artinya Kita memilih sahabat yang bukan menyenangkan Kita, tapi yang membuat Kita lebih dekat kepada Tuhan. Kita akan selalu merasa dia membela orang yang tidak Kita sukai dengan menyatakan "Kau hanya prasangka, mereka tidak seburuk itu." Dia selalu mengusahakan perdamaian dan silaturahim, dia menyembunyikan aib orang yang tidak kau sukai dan tentu dia menyembunyikan aibmu juga.

Dia selalu mengusahakan kesederhanaan dan tidak mubazir. Banyak waktu beribadah di Masjid (surau) dan lebih suka sholat-sholat dan berdzikir (disamping juga Kerja Nyata). Kita adalah seperti teman Kita, "Katakan seperti apa teman kamu, maka aku mengetahui seperti apa kamu, yaitu seperti teman kamu itu." Tidak mudah untuk menjadi soleh/solehah, tapi bila mengingat hari pembalasan, maka in shaa Allah Kita terkuatkan untuk teguh bersikeras tetap menjadi orang soleh/solehah..            

ditulis oleh . Prof. H. Abdul Khaliq Fajduani, SH.MH


Read Article Online

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiada hari tanpa kasih sayang

Puasa harus mengubah Kita, Puasa yang sia-sia adalah puasa yang tidak mengubah. Mengubah perilaku itu penting, islam adalah tentang perilaku, jangan mencela, jangan marah, jangan serakah (dermawan-lah) dll. Itu semua tentang perilaku. Perilaku bukan sesuatu yang remeh temeh, perilaku adalah agama, dan agama bukanlah sesuatu yang remeh temeh, Tiada hari tanpa kasih sayang, kasih sayang adalah kata kerja, kasih sayang harus wujud, artinya dimanapun Kita berada terjadi hal" baik disitu, kita harus tangan diatas, Kita bekerja, dengan demikian terjadi kedamaian, terjadi keteraturan, terjadi kebersihan terjadi kerapian, terjadi keadilan, terjadi kebahagiaan. Itulah wujud kasih sayang. siapakah Kita ? Telahkah Kita menjadi seorang yang seperti itu ? Dimanapun Kita berada apa yang terjadi ? kedamaian atau permusuhan, kekumuhan atau kebersihan, ketertiban atau kekacauan, keadilan atau kezaliman, kebaikan atau keburukan, kejujuran atau kedustaan, ketulusan atau keculasan, kerendahatian ata

Sudah Bahagia-kah kita Sekarang ini ?

Manusia saat ini dibanding masa-masa yang sebelumnya, benar" sudah mencapai apa saja yang dulu adalah merupakan hal yang mustahil bahkan mengimpikan-nya saja pun tidak. Pesan yang dulu memakan waktu berbulan bulan diantar-kan oleh merpati pos, sekarang bisa dilakukan dalam detik yang sama via email, dan sebagainya. Manusia bisa melihat pada detik yang sama apa yang terjadi di stadion sepak bola di Brazil secara live. Manusia menjelajah kemana saja diinginkannya. Baik lewat teknologi maupun langsung terbang dengan pesawat kemana saja. Memakan mie yang dulu membuat api dan memasaknya bisa memakan waktu satu jam, sekarang dengan microwave dalam hitungan detik. Manusia sudah bisa melakukan apa saja, menjelajah kemana pun yang diinginkannya. Tapi apakah manusia menjadi lebih bahagia ? Menjadi lebih bersyukur ? Penjelajahan kemana-mana dan bisa mewujudkan apapun yang diinginkan, ternyata tidak memberikan kebahagiaan dan ketenangan pada manusia. untuk mewujudkan ketenangan dan kebahagia

Hidup dalam paradigma cinta

Sebuah hadis menyebutkan bahawa di dunia ini ada sekelompok orang yang amat dekat dengan Allah swt. Bila mereka tiba di suatu tempat, kerana kehadiran mereka, Allah selamatkan tempat itu dari tujuh puluh macam bencana. Para sahabat bertanya, "Ya Rasulallah, siapakah mereka itu dan bagaimana mereka mencapai derajat itu?" Nabi yang mulia menjawab, "Mereka sampai ke tingkat yang tinggi itu bukan kerana rajinnya mereka ibadat. Mereka memperoleh kedudukan itu kerana dua hal : "ketulusan hati mereka dan kedermawanan mereka pada sesama manusia." Mereka adalah orang yang berhati bersih dan senang berkhidmat  pada sesamanya. ... hidup dalam paradigma cinta ... Dan mereka ingin menyebarkan cinta itu pada seluruh makhluk di alam semesta. KEMULIAAN... Manusia tidak mulia karena kejeniusannya, tidak hebat karena jabatannya yang tinggi, tidak juga menjadi luar biasa oleh sebab hartanya yang berlimpah serta tidak ditinggikan harkat martabatnya karena kemuliaan nasab & seg