Langsung ke konten utama

TERSESAT DALAM TERANG

Seorang pesulap sedang memamerkan kemampuannya, membuat yang hilang bisa muncul kembali, membuat yang terputus bisa tersambung lagi, dsb.. Mempermainkan indera penonton yang selama ini sudah diandalkan memberikan informasi ke otak.. lantas, pada penutupan sang pesulap bertanya, taukah kenapa anda tertipu dengan sulap ini?

Semua orang memberikan jawaban yang berbeda, namun sang pesulap hanya menjawab : karena anda punya mata, telinga dan otak, indera anda memberikan informasi, namun otak anda menerjemahkannya secara salah, sesuai pemahaman yang anda anut selama ini..

Dalam agama dikatakan bahwa dunia adalah senda gurau dan permainan yang menyesatkan, tersesat bukan karena buta, bukan karena tuli, tetapi malah karena mata dan telinga terbuka, namun akal dan hati yang telah tertipu daya, oleh harta, kedudukan, pujian, dan nafsu lainnya.

Tersesat membuat seseorang tidak lagi dapat melihat petunjuk" Tuhan yang sebenarnya selalu ada disekitarnya. Bukan disebabkan tidak mengetahui melainkan justru karena sudah merasa "mengetahui" menjadi "merasa" dekat dengan Tuhan, dan akhirnya mengambil hak-hak tuhan dengan sikap sombong dan lagi mulia.

Pengetahuan tentang agama dianggap sudah final, atau mencapai tingkat tertinggi sehingga mudah menyalahkan dan menvonis orang lain yang tidak sejalan dengan jalan fikirannya, ideologinya dan alirannya.

Disinilah masa dimana merasa telah melayani kepentingan Tuhannya padahal sesungguhnya sedang melayani kepentingan nafsu nya sendiri. Rasa kasih sayang dan cinta telah tercabut dari hati manusia yang tersesat dalam terang. Hatinya tak lagi peka terhadap kesalahan diri sendiri yang sering muncul adalah kecurigaan,membuka aib orang lain dan kedengkian yang berlarut-larut.

Dampaknya lebih parah daripada manusia yang pernah tersesat dalam gelap kemudian mendapatkan petunjukNya. Merasa paling benar dan baik akan menjadi penyebab penderitaan yang paling utama. Sadarlah, manusia tidak pernah benar tidak pernah baik dan tidak pernah mulia, biarlah itu semua menjadi milik Allah Yang Maha Perkasa.

Menjadi hamba, cukup sudah..karena sebenarnya disanalah fitrah kebahagiaan kita. Jadilah orang yang selalu lemah, papa dan fakir di hadapan Tuhan kita Yang Maha Mulia, dan biarkan tetap begitu adanya, dan memang begitulah selamanya.

Sesungguhnya manusia adalah mahluk yang tidak mengetahui, hanya Allah lah yang mengetahui kebenaran sejati, untuk itu tugas manusia adalah selalu bersyukur, dan memohon ampun dengan istigfar dan petunjuk kepada Allah setia saat, laa haula quwwata ila billah.. Kita tidak pernah tau dimana tempat kita kelak.. Dan tidak ada yang menjaminnya..

Lantas sang pesulap memberi tahu penonton tentang "trik" dibalik itu semua. Sekonyong" penonton semua manggut", tertawa dan bergumam "begini toh sebenarnya.. Sederhana sekali ya.." Kemudian sang pesulap mengajak memainkan sulap yang sama, dipanggung yang sama, tetap dengan penonton yang sama, dengan mata yang sama, telinga yang sama namun karena terjemahan otak yang berbeda, maka penonton tidak memandang tontonan itu sebagai sesuatu yang sama lagi.

Duniapun demikian, ia adalah kumpulan fatamorgana, titik. Begitulah kata Tuhan. Maka, lihatlah dunia dengan kacamata fatamorgana, titik. Bedanya, jika sipesulap memberi tahu triknya diakhir acara, atau bahkan ia tidak pernah memberi tahu triknya, "Sang Pesulap Yang Maha itu" , telah memberitahukan rahasianya sedari awal permainan, Hai manusia, dunia adalah permainan yang menyesatkan, jangan tertipu, lakukan ini dan lakukan itu, jangan ini dan jangan itu, Demikian PesanNya.. Walaupun kita tidak mengetahui akhirnya, setidaknya kita sudah mengetahui bahwa semua ini Fatamorgana. Dan pada saatnya pertunjukan akan usai..


Copas. B.Opin

By AFAYIN CHANNEL

Read Article Online

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiada hari tanpa kasih sayang

Puasa harus mengubah Kita, Puasa yang sia-sia adalah puasa yang tidak mengubah. Mengubah perilaku itu penting, islam adalah tentang perilaku, jangan mencela, jangan marah, jangan serakah (dermawan-lah) dll. Itu semua tentang perilaku. Perilaku bukan sesuatu yang remeh temeh, perilaku adalah agama, dan agama bukanlah sesuatu yang remeh temeh, Tiada hari tanpa kasih sayang, kasih sayang adalah kata kerja, kasih sayang harus wujud, artinya dimanapun Kita berada terjadi hal" baik disitu, kita harus tangan diatas, Kita bekerja, dengan demikian terjadi kedamaian, terjadi keteraturan, terjadi kebersihan terjadi kerapian, terjadi keadilan, terjadi kebahagiaan. Itulah wujud kasih sayang. siapakah Kita ? Telahkah Kita menjadi seorang yang seperti itu ? Dimanapun Kita berada apa yang terjadi ? kedamaian atau permusuhan, kekumuhan atau kebersihan, ketertiban atau kekacauan, keadilan atau kezaliman, kebaikan atau keburukan, kejujuran atau kedustaan, ketulusan atau keculasan, kerendahatian ata

Sudah Bahagia-kah kita Sekarang ini ?

Manusia saat ini dibanding masa-masa yang sebelumnya, benar" sudah mencapai apa saja yang dulu adalah merupakan hal yang mustahil bahkan mengimpikan-nya saja pun tidak. Pesan yang dulu memakan waktu berbulan bulan diantar-kan oleh merpati pos, sekarang bisa dilakukan dalam detik yang sama via email, dan sebagainya. Manusia bisa melihat pada detik yang sama apa yang terjadi di stadion sepak bola di Brazil secara live. Manusia menjelajah kemana saja diinginkannya. Baik lewat teknologi maupun langsung terbang dengan pesawat kemana saja. Memakan mie yang dulu membuat api dan memasaknya bisa memakan waktu satu jam, sekarang dengan microwave dalam hitungan detik. Manusia sudah bisa melakukan apa saja, menjelajah kemana pun yang diinginkannya. Tapi apakah manusia menjadi lebih bahagia ? Menjadi lebih bersyukur ? Penjelajahan kemana-mana dan bisa mewujudkan apapun yang diinginkan, ternyata tidak memberikan kebahagiaan dan ketenangan pada manusia. untuk mewujudkan ketenangan dan kebahagia

Hidup dalam paradigma cinta

Sebuah hadis menyebutkan bahawa di dunia ini ada sekelompok orang yang amat dekat dengan Allah swt. Bila mereka tiba di suatu tempat, kerana kehadiran mereka, Allah selamatkan tempat itu dari tujuh puluh macam bencana. Para sahabat bertanya, "Ya Rasulallah, siapakah mereka itu dan bagaimana mereka mencapai derajat itu?" Nabi yang mulia menjawab, "Mereka sampai ke tingkat yang tinggi itu bukan kerana rajinnya mereka ibadat. Mereka memperoleh kedudukan itu kerana dua hal : "ketulusan hati mereka dan kedermawanan mereka pada sesama manusia." Mereka adalah orang yang berhati bersih dan senang berkhidmat  pada sesamanya. ... hidup dalam paradigma cinta ... Dan mereka ingin menyebarkan cinta itu pada seluruh makhluk di alam semesta. KEMULIAAN... Manusia tidak mulia karena kejeniusannya, tidak hebat karena jabatannya yang tinggi, tidak juga menjadi luar biasa oleh sebab hartanya yang berlimpah serta tidak ditinggikan harkat martabatnya karena kemuliaan nasab & seg